MAJALENGKA - Jawa Barat adalah provinsi terbesar
dengan hampir seperlima penduduk Indonesia memadatinya. Karunia SDM ini tak
sebanding dengan APBD serta Potensi SDA yang dimiliki. Maka solusi
konkrit dari kondisi ini dalam membangun Jabar adalah mengoptimalkan Potensi
SDM-nya. "Jualan Jabar adalah SDM-nya", demikian sering ditegaskan
Gubernur Jabar Dr (HC) Ahmad Heryawan LC di berbagai kesempatan.
Sebagai
seseorang yang pernah mengecap pendidikan kepesantrenan, dilema kualitas SDM
ini semakin mengukuhkan tekad untuk membuktikan bahwa memang benar jualan
Potensi Jabat yang paling utama adalah SDM. Apa pasal?
Pertama, terlalu banyak anggapan masyarakat yang
memandang sebelah mata pada luaran pesantren
Kedua, Pada Pilkada Jabar 2008, menurut survey dan pengamatan lembaga dan
pengamat manapun, pasangan nomor3 HADE (Heryawan-Dede), selalu kalah dari
banyak sisi
Ketiga, Anggapan 'meremehkan' tersebut masih lekat bahkan setelah Heryawan terpilih
sebagai Gubernur.
Menjawab
keraguan tersebut, "Gubernur menjawab dengan bekerja, bekerja dan Bekerja,
sehingga dalam 4 tahun ada 56 Prestasi Nasional dan Internasional, yang
diberikan kepada beliau baik sebagai pribadi maupun kepala pemerintahan",
demikian mengutip pernyataan ketua DPW Persatuan Umat Islam (PUI) Drss. KH.
Iding Bahrudin M. M.pd pada sambutannya dalam Peringatan Milad Ke-80 Pondok
Mufidah Santi Asromo, Majalengka.
Pada
peringatan yang dirayakan pada 23 Juni 2012 ini, Gubernur juga konsisten
memberi spirit untuk Maju pada para Santri. Di kesempatan ini Gubernur
menyampaikan 3 pesan utama pada para Santri:
1. Pemuda
Muslim harus bisa memadukan 'Ulum (IMTAQ) dan Funun (IPTEK).
Perpaduan yang seimbang antara dua hal ini sangat penting. Sebab penguasaan
Imtaqtanpa Iptek akan berbuah Keluhuran namun tanpa Kemajuan. Sedang Penguasaan
Iptek tanpa Imtaq, akan berbuah kemajuan yang melupakan moralitas.
2. Agar utuh
dalam memandang Islam (Seimbang/Tawazun).
3. Agar
bersemangat dalam meraih kunci-kunci strategis pemegang Kebijakan.
Terakhir,
Gubernur menegaskan bahwa Karaya besar pasti akan lahir dari mereka yang
berkehendak, berjiwa dan bercita-cita besar. Seperti halnya seorang Ahlus
Suffah, Anas bin Malik yang sebagian masa mudanya dihabiskan untuk
tinggal di Mesjid dan menuntut banyak ilmu dari Rasulullah saw, maka ketika
Rasulwafat, ia tampil sebagai Manusis berdikari: yang paling kaya, berilmu, dan
sukses membina kehidupannya. (Khan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar