Minggu, 08 Juli 2012

Membangun SDM Berkualitas dari Mesjid


MAJALENGKA - Jawa Barat adalah provinsi terbesar dengan hampir seperlima penduduk Indonesia memadatinya. Karunia SDM ini tak sebanding dengan APBD serta Potensi SDA yang dimiliki. Maka solusi konkrit dari kondisi ini dalam membangun Jabar adalah mengoptimalkan Potensi SDM-nya. "Jualan Jabar adalah SDM-nya", demikian sering ditegaskan Gubernur Jabar Dr (HC) Ahmad Heryawan LC di berbagai kesempatan.

Sebagai seseorang yang pernah mengecap pendidikan kepesantrenan, dilema kualitas SDM ini semakin mengukuhkan tekad untuk membuktikan bahwa memang benar jualan Potensi Jabat yang paling utama adalah SDM. Apa pasal?

Pertama,  terlalu banyak anggapan masyarakat yang memandang sebelah mata pada luaran pesantren
Kedua, Pada  Pilkada Jabar 2008, menurut survey dan pengamatan lembaga dan pengamat manapun, pasangan nomor3 HADE (Heryawan-Dede), selalu kalah dari banyak sisi
Ketiga, Anggapan 'meremehkan' tersebut masih lekat bahkan setelah Heryawan terpilih sebagai Gubernur.  

Menjawab keraguan tersebut, "Gubernur menjawab dengan bekerja, bekerja dan Bekerja, sehingga dalam 4 tahun ada 56 Prestasi Nasional dan Internasional, yang diberikan kepada beliau baik sebagai pribadi maupun kepala pemerintahan", demikian mengutip pernyataan ketua DPW Persatuan Umat Islam (PUI) Drss. KH. Iding Bahrudin M. M.pd pada sambutannya dalam Peringatan Milad Ke-80 Pondok Mufidah Santi Asromo, Majalengka.

Pada peringatan yang dirayakan pada 23 Juni 2012 ini, Gubernur juga konsisten memberi spirit untuk Maju pada para Santri. Di kesempatan ini Gubernur menyampaikan 3 pesan utama pada para Santri:

1. Pemuda Muslim harus bisa memadukan 'Ulum (IMTAQ) dan Funun (IPTEK). Perpaduan yang seimbang antara dua hal ini sangat penting. Sebab penguasaan Imtaqtanpa Iptek akan berbuah Keluhuran namun tanpa Kemajuan. Sedang Penguasaan Iptek tanpa Imtaq, akan berbuah kemajuan yang melupakan moralitas.
2. Agar utuh dalam memandang Islam (Seimbang/Tawazun).
3. Agar bersemangat dalam meraih kunci-kunci strategis pemegang Kebijakan.

Terakhir, Gubernur menegaskan bahwa Karaya besar pasti akan lahir dari mereka yang berkehendak, berjiwa dan bercita-cita besar. Seperti halnya seorang Ahlus Suffah, Anas bin Malik yang sebagian masa mudanya dihabiskan untuk tinggal di Mesjid dan menuntut banyak ilmu dari Rasulullah saw, maka ketika Rasulwafat, ia tampil sebagai Manusis berdikari: yang paling kaya, berilmu, dan sukses membina kehidupannya. (Khan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laman